Di Setiap penjuru desa tercium bau busuk yang sangat menyengat. Bangkai apakah yang baunya sebusuk itu? Hingga tercium radius berkilo-kilo meter? Selidik punya selidik ternyata itu akibatt kemmatian salah seorang warga yang dipercaya telah ngupri. Yaitu orang yang memuja siluman ular.....
* * * * * * * * * * * * *
pernikahannya dengan seorang gadis desa yang mempunyai orang tua kaya, Yanu merasa hidup ini tiba-tiba indah. Segala apa yang dia inginkan hampir semuanya tercapai. Tentu saja itu karena atas fasilitas mertuanya, Haji Leman. Haji Leman pun menyerahkan beberapa beberapa tempat usahanya ke menantunya. Dan usaha yang di percayakan untuk dikelola Yanu adalah butik pakaian.
Dalam beberapa bulan sejak ia mengelola tempat usaha mertuanya memang kondisi perekonomian masih bagus. Butiknya yang masih mendompleng nama "H.. Leman" masih dikunjungi banyak pembeli.
"Ma, bagaimana kalau nama butik kita diganti. Jangan pakai nama ayahmu. Kan usahanya sudah diserahkan ke kita," usul Yanu kepada Munaroh istrinya.
"Memang kenapa, Pa? Selama ini aku pikir usaha kita usaha kita baik-baik saja," kata istrinya.
"Iya sih. Tapi aku malu kalau harus mendompleng kebesaran nama ayahmu."
Dipikir-pikir memang benar juga. Masa selamanya harus mendompleng kebesaran nama ayahnya. Ada baiknya kalau memang namanya diganti. Keduanya pun sepakat untuk mengganti nama usaha butiknya. Tentu saja dengan nama yang di sukai mereka, yaitu "BUTIK YAMU," hasil gabungan dari nama mereka.
Usahanya berjalan seperti biasanya. Cuman banyak langganan dan pembeli yang menanyakan pergantian nama butiknya. Pertanyaan-pertanyaan itu di jawab oleh Yany dengan enteng. Perubahan omset penjualan tiba-tiba menurun. Lambat tapi pasti, langganan dan pembelinya semakin berkurang.
Aneh sejak nama usaha di ganti omset tiba-tiba menurun. Begitu berartikah nama bagi setiap tempat usaha? Tidak sampai setahun setelah nama butiknya diganti usaha butik YAMU pun bangkrut total! Begitulah, nama untuk membuat tempat usaha memang harus diperhitungkan secara batiniah. Tidak boleh sembarangan. Beberapa syarat harus dipenuhi untuk membuat nama sebuah usaha. Rupanya hal itulah yang tidak diperhatikan Yanu dan istrinya sehingga usahanya mengalami bangkrut total.
Untuk meminta suplay dana laggi dari mertuannya, tentu saja Yanu malu. Sementara cicilan bahan pakaian yang belum dibayar dari grosir semmakin menumpuk. Yanu dan istrinya praktis hidup dalam kemiskinan. Karena sebagian hartanya telah habis dijual untuk membayar hutang-hutangnya. Sementara kehidupan mereka terbiasa enak. Tiap hari mereka terbiasa mengeluarkan keuangan begitu besar sehingga saat usahanya sedang bangkrut mereka sangat menderita sekali.
Tiap hari Yanu hanya berpikir bagaimana untuk mendapatkan keuangan yang cukup besar dan singkat tanpa harus bekerja keras. Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitlah kata pepatah untuk menggambarkan sebuah keberuntungan. Di saat Yanu sedang berpikir untuk kaya dengan cara cepat seorang tua yang berpengalaman dalam bidang supranatural mendatanginya. Orangtua tersebut sering di panggil dengan nama Ki Bogel.
Ki Bogel menunjukkan sebuah tempat keramat yang dapat mendatangkan kekayaan dengan cara cepat. Yaitu dengan Ngupri (sejenis perjanjian dengan siluman ular). Ada perbedaan ngupri dan ngipri. Kalau ngupri perjanjiannya dengan siluman ular, tapi kalau ngipri perjanjiannya dengan siluman kera). Yang ditunjukkan oleh Ki Bogel adalah ngupri di sebuah pulau kecil. Pulau itu sering di sebut oleh pemuja setan dengan nama Pulau Karas.
Di Pulau Keras tersebut bercokol silluman ular yang dipercaya dapat membantu manusia yang bersedia bersekutu dengannya untuk mendatangkan kekayaan dengan cara yang sangat cepat. Siluman ular tersebut berjenis kelamin betina. Dan kalau ia menampakkan diri sebagai manusia, siluman tersebut terlihat sebagai seorang perempuan yang sangat cantik dengan nama "Siti Polang Sari."
Yanu tidak berpikir panjang lagi. Inilah saat yang aku tunggu, sedangkan resiko perjanjian urusan belakangan, ia membatin. Ia pun menyiapkan segala persyaratan yang dibutuhkan untuk berhubungan dengan siluman ular di Pulau Keras. Di antaranya bunga setaman. Tumpengan lengkap dengan adep-adepnya. Dan beberapa persyaratan lainnya seperti yang diperintahkan oleh Ki Bogel.
Malam Selasa Kliwon dengan menyewa perahu kecil Yanu dan Ki Bogel membawa aneka sesaji membelah ombak laut Indramayu. Tujuan mereka sudah jelas. Pulau Karas! Tengah malam kemudian mereka sampai di sana. Sebuah pulau yang sangat kecil. Di sana hanya terdapat sebuah gubuk yang sangat reot. Memang di deretan wilayah tersebut ada tiga buah pulau kecil yang banyak di tumbuhi pohon nyiur. Masing-masing pulau tersebut terkenal sangat angker dan juga merupakan sebuah pilihan bagi orang yang akan bersekutu dengan iblis. Di samping pulau Karas yang dihuni silumman ular ada pulau Platu yang kata Ki Bogel juga dapat digunakan untuk ngipri memuja siluman kera besar berambut merah. Kera tersebut sering di sebut dengan nama "Camang."
Kembali kepada niat Yanu yang akan memuja siluman ular bernama Siti Polang Sari. Tengah malam itu ketika ia sudah merapikan sesaji di gubuk reot tersebut ia pun tertidur. Di dalam tidurnya ia didatangi seorang perempuan yang sangat cantik. Perempuan tersebut mengajkan beberapa syarat yang hanya diketahui oleh mereka. Selanjutnya mereka hanya bercinta secara binal. Sebagai lambang bersatunya perjanjian sesat!
Sungguh keajaiban tiba-tiba menimp Yanu dan keluarganya. Setelah ia pulang dari Pulau Karas kehidupannya mulai berubah. Tingkat perekonomian yang tadinya bangkrut total, dengan sangat cepat bangun dari keterpurukan. Usaha butiknya pun berkembangan dengan sangat cepat. Bahkan tidak tanggung-tanggung sejak kebangkitan ekonominya dalam beberapa bulan ia membuka cabang butik pakaian di mana-mana. Tahun pertama dilaluinya dengan harapan yang besar tentang kemajuan ekonominya yang begitu pesat. Tumbal pertama jatuh sebagai akibat perjanjian dengan siluman ular. Salah seorang pembantu perempuannya tiba-tiba meninggal di dapur dengan tubuh membiru. Seperti habis terkena gigitan ular. Tahun-tahun berikutnya pun selalu meminta tumbal. Terutama bagi mereka yang banyak ikut menikmati kekayaan Yanu dan istrinya.
Sementara itu usaha Yanu semakin maju pesat. Ia menjadi tuan tanah di desanya. Beberapa tanah yang letaknya strategis (dipinggir jalan raya) dibelinya termasuk beberapa rumah. Sungguh sangat menakjubkan! Sebagi kebiasaan orang kaya lainnya yang tinggal di pedesaan. Yanu pun mmemelihara kuda yang bagus untuk kendaraan mengawasi kebunnya. Karena ia memiliki kuda, maka ia pun mempekerjakan Mang Kardi seorang pencari rumput untuk memberi makan kuda kebanggaannya.
Malang tak dapat di tolak untung tak dapat diraih! Begitulah pepatah yang menggambarkan orang sedang apes. Suatu sore Mang Kardi yang sedang memberi makan kuda tiba-tiba melihat ular besar berwarna hitam pekat mendekati dirinya. Mang Kardi pun kaget. Dan secara reflek ia mengibaskan aritnya ketubuh ular tersebut. Ular itupun terpotong menjadi dua. Ular itu segera di buang ke sungai di dekat kandang kuda.
Tak lama kemudian Mang Kardi mendengar bahwa majikannya meninggal dunia dengan cara yang sangat aneh. Antara tubuh dan pinggangnya terdapat garis hitam melingkar. Kematiannya pun sungguh mendadak. Persisnya berbarengan dengan ia membunuh ular hitam yang hampir menyerangnya di kandang kuda. Sungguh aneh!
Yang lebih aneh lagi berbarengan dengan kematian Yanu desa tersebut di serang bau busuk yang amat sangat. Barangkali itulahh akhir perjannjian dengan siluman ular. Mengalammi kematian dengan cara sangat tragis dan menjijikan. Setelah Yanu meninggal anak-anaknya kini hidup susah dan menderita. Harta orangtuanya yang dulu sangat di banggakan tiba-tiba hilang seperti kepulan asap. Sungguh suatu pelajaran yang baik bagi kita agar berpikir seribu kali untuk melangkah di jalan kesesatan. (*)
SUMBER : MISTERI, Edisi 342, 20 Januari 2004/04 Februari 2004
0 komentar:
Posting Komentar